Selasa, 04 September 2012

BETERNAK SAPI PERAH


BETERNAK SAPI PERAH
Dalam pemeliharaan sapi perah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Seleksi Bibit
Jenis sapi perah yang biasa dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Warna bulu putih dengan bercak hitam.
- Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg.
- Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas.
- Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja.
- Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 – 18 bulan.
- Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.
2. Pakan
Pakan sapi perah umumnya dibagi tiga :
a. Hijauan :
- Rumput - rumputan : Rumput gajah ( Pennisetum purpureum), Rumput Raja (King grass), setaria, benggala (Pennisetum maximum), rumput lapang dan BD (Brachiaria decumbens),
- Kacang-kacangan : Lamtoro, turi, gamal
b. Konsentrat :
Dedak, bunkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung kedelai.
c. Limbah pertanian :
Jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.
Pakan yang diberikan kepada sapi perah secara umum berupa hijauan 60 % dari BK (berat kering) dan 40 % Konsentrat.
Dalam hal ini hijauan yang digunakan 75 % rumput alam dan 25 % rumput unggul.
Sebagai contoh bila berat sapi 450 kg dan produksi susu 13 kg / hari lemak 3,5 % dapat diberikan pakan : rumput alam 21 kg, rumput gajah 7,5 kg dan konsentrat pabrik 6 kg.
3. Kandang dan Peralatan
kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain : Terpisah dari rumah + 10 m, drainase dan ventilasi baik, lantai tidak licin, ada penampungan kotoran dan ukuran kandang 1,5 X 2,5 m / ekor.
4. Kesehatan Hewan
Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah antara lain:
a. Radang Ambing / Mastitis
Penyebab : Bakteri Streptococcus agalactiae dan Staphilocossus aureus
Gejala : (pada mastitis akut) pembengkakan pada ambing, panas, keras dan terasa sakit diikuti demam, lemah dan nafsu makan hilang.
Pencegahan : Kebersihan kandang terutama pada lantai
Pengobatan : Antibiotik seperti pennicilin, Terramycin dll.
b. Antrax
Penyebab : Kuman Antrax
Gejala : Bengkak pada dada leher dan perut, keluar darah dari lubang hidung, rongga mulut, anus dan kelamin menjelang kehamilan.
Pencegahan : Vaksinasi Antrax.
c. Brucellosis
Penyebab : Kuman Brucella
Gejala : Biasanya terjadi keguguran pada kebuntingan 5 - 8 bulan.
Pencegahan : Pemeriksaan darah secara berkala, menjaga kebersihan kandang ternak, dan Vaksinasi.
5. Pengelolaan / Manajemen
a. Sapi dara : Sapi betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan.
b. Sapi Betina Dewasa : Dilakukan exercise (gerak jalan), pemeliharaan kuku, kebersihan badan, dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, kebuntingan
dan beranak.
c. Pembuatan catatan meliputi catatan reproduksi dan kesehatan.
6. Pemasaran
Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging atau kulit.
7. Pasca Panen
Pasca panen sapi perah antara lain berupa produk caramel, tahu susu, kerupuk susu, abon, dendeng, sosis, tas, sepatu jaket dll.

PEMILIHAN BIBIT SAPI PERAH

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah. Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan.

Pemilihan Bibit Dara
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
(a) produksi susu tinggi,
(b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
(c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
(d) bentuk tubuhnya seperti baji,
(e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
(f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok,puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
(g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
(h) tiap tahun beranak.
Pemilihan Bibit Pejantan
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) umur sekitar 4-5 tahun,
(b) memiliki kesuburan tinggi,
(c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
(d) berasal dari induk dan pejantan yang baik,
(e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
(f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
(g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
(h) paha rata dan cukup terpisah,
(i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
(j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
(k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Narasumber: Asep Gunawan, tinggal di Jerman

 
u

Peternak Sapi Perah di Indonesia Belum Untung

Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia belum menikmati keuntungan.
Hal itu terjadi karena rata-rata kemampuan kepemilikan sapi perah rendah, hanya 2-3 ekor. Akibatnya, pendapatan dari produksi susu belum mampu menutup biaya produksi harian.
Peternak sapi perah baru bisa menikmati keuntungan kalau mereka membudidayakan minimal delapan sapi dengan produksi susu 15-20 liter per hari.
"Ketika sebagian sapi perah tidak produksi, sebagian lagi masih ada yang produksi sehingga tetap ada pendapatan bagi peternak," ujar Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, Selasa (26/6/2012), di Jakarta.
Populasi sapi perah di Indonesia saat ini mencapai 603.000 ekor dengan produksi 909.000 ton susu segar setiap tahun. Produksi susu ini dikelola peternak kecil dan ditampung 95 koperasi susu.
Produksi susu ini hanya mampu memenuhi 30 persen kebutuhan konsumsi masyarakat. Sebanyak 70 persen kebutuhan susu masih mengandalkan impor dalam bentuk susu olahan

Tips Cara Membuat Blog Cantik dan Menarik dengan Benar

Membuat blog cantik dan menarik adalah impian seorang blogger,apalagi yang punya blog adalah seorang cewek so pasti blog dibuatnya kayak wajah beneran heheeee.....(tapi kang roni seneng kok cuman internetnya aja lelet kayak Dropy),sampai loading pagenya beratnya minta ampun demi tampilan blognya.

Saran dari kang roni dalam dunia blogger membuat blog cantik adalah sebuah keharusan tapi jangan terlalu banyak hiasan untuk blog karena banyaknya kode script penghias yang sobat tanem diblog akan memperberat halaman saat dibuka,padahal salah satu trik membuat blog menarik adalah membuat load page blog seringan mungkin,jadi kita harus bisa menyeimbangkan antara cantik dan menarik.Cantik adalah keharusan dan menarik itu perlu.Oke nanti kita lanjut lagi.

Tips Cara Membuat Blog Cantik dan Menarik dengan Benar



Related Post:

Tutorial blog

CARA MEMBUAT BLOG

Artikel kali ini saya khususkan bagi sobat yang benar benar awam mengenai cara membuat blog gratis, jadi bagi sobat yang sudah memahami dan menguasai ilmu cara membuat blog abaikan saja artikel ini. 
Sebenarnya ada banyak layanan yang menyediakan blog gratis, beberapa diantaranya :

- Blogger.com
- Wordpress.com
- Blogdetik.com
- Blog-roll.info
- Wordblog.pl
- dan masih banyak lagi.

Namun kali ini saya akan menerangkan bagaimana Cara membuat blog gratis secara cepat dan mudah. yaitu kita memakai layanan Blogspot di blogger.com
---------------------------- Update tanggal 27 Juli 2012 -----------------------------

Langkah awal untuk membuat sebuah blog gratis adalah :


1. Sobat diwajibkan memiliki sebuah alamat email, saran saya pakailah layanan gmail dari google. untuk membuat email dari layanan google tersebut anda bisa langsung menuju ke Gmail, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.


2. Langkah selanjutnya isi data data diform yang disediakan, jangan lupa paling bawah klik Saya menyetujui persyaratan layanan dan kebijakan privacy google, setelah itu klik Langkah berikutnya lihat gambar dibawah.

3. Selanjutnya, klik kirim kode Verifikasi. lihat lagi gambar dibawah ya :)


4. sekarang cek ponsel anda, jika belum ada kode verifikasi dari google bisa dicoba lagi beberapa menit kemudian, gambar dibawah menggunakan modem, jadi kode verifikasinya langsung bisa di lihat dilayar laptop saya.

5. Masukin deh kode verifikasinya seperti dibawah ini


6. Selamat datang di akun Gmail anda, lalu klik Lanjutkan ke Gmail ya....



7. Sampai disini proses pembuatan akun Gmail sudah berhasil, sekarang ketahap selanjutnya ya...proses pembuatan blog. yaudah tanpa basa basi langsung buka tab baru di browser sobat ya, atau bisa langsung menekan (ctrl + T) buka blogger.com ya.... tinggal isi email dan sandi yang sama seperti di akun Gmail tadi. lalu klik Masuk


8. selanjutnya pilih Opsi profil blogger sobat, jika hanya membuat blogger sebaiknya klik yg sebelah kanan. lalu klik lanjutkan ke blogger.



9. Sampai tahap ini sobat sudah sukses membuat akun blog, tapi sekarang tampilan awal blogger berubah. yang pasti lebih baru dan fresh. namun untuk sobat yang belum terbiasa dengan tampilan baru ini dapat merubahnya ke tampilan yang lama. caranya lihat gambar dibawah ini ya... lalu klik Antarmuka Blogger Lawas.


10. Nanti akan berubah seperti dibawah ini, lalu klik Ciptakan Blog Anda



10. Beri Nama dan Alamat blog yg di inginkan, lalu klik Lanjutkan. lihat gambar di bawah ya


11. Selanjutnya pilih template awal yg sobat inginkan ya (ini hanya tampilan awal, nanti bisa diganti lagi koq) .... lalu klik Lanjutkan ya ....


 12. Alhamdulillah ...akhirnya blog baru sudah jadi, sering sering di update ya blognya, tulislah apa yg ingin sobat tulis dan sobat tahu. berbagi itu indah loh.... ^_^




13. Selamat Berkarya ya sob, oiya dari sebuah blog juga kita bisa menghasilkan pundi pundi rupiah ataupun dollar. nanti ya kita bahas pada artikel selanjutnya...

PEMBIBITAN SAPI PERAH DI SATKER PAGERKUKUH



PENDAHULUAN
Saat ini di negara kita terjadi kesenjangan yang cukup besar antara permintaan susu dan ketersediaannya. Salah satu faktor penyebabnya adalah ternak sapi perah yang dimiliki peternak kita terbatas kualitasnya. Guna mendukung ketersediaan bibit sapi perah yang berkualitas di Jawa Tengah, maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mendirikan Satuan Kerja (Satker) Pembibitan Sapi Perah Pagerkukuh yang berlokasi di Wonosobo. Satker ini di bawah koordinasi Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Ruminansia sebagai salah satu Balai Teknis di naungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah.

SATUAN KERJA PAGERKUKUH

Lokasi : Desa Pagerkukuh Kec. Kota Kab. Wonosobo
Sarana Prasarana :
  • Bangunan kantor, rumah dinas, ruang pertemuan.
  • Kandang induk, dara, pedet.
  • Instalasi air dengan pompa.
  • Instalasi Penampung dan Pengolahan limbah feses.
  • Mini Milk Cooling.
  • Kebun Rumut.
Sumber Daya Manusia : PNS dan Honor
Populasi Ternak (PFH)  : 30 ekor.

SUMBER BIBIT

Bibit diperoleh dengan cara :
  • Pengadaan langsung induk bibit (berasal dari peternak rakyat, pasar, atau pembibit swasta) dengan  cara pembelian melalui penjaringan. Syaratnya : memiliki rekord produksi susu, diperbaiki performans dan kondisi reproduksinya.
  • Pembesaran dari pedet betina yang dihasilkan, melalui seleksi keturunan induk betina yang diperoleh dengan perkawinan IB
RANSUM DAN KOMPOSISI PAKAN

Ransum pakan yang diberikan berasal dari :
  1. Hijauan (rumput unggul) dan jerami olahan.
  2. Konsentrat Ruminansia, ampas tahu, dan ampas kecap.
  3. Suplemen ruminansia (multivitamin, mineral, MCR)
Komposisi pakan yang diberikan adalah :
  1. Hijauan : 10 % bobot badan (+  30-40 kg/ek/hr)
  2. Konsentrat : +  1 - 2 % bobot badan (+ 3 - 5 kg/ek/hr)
  3. Ampas Tahu / kecap : +  5 - 10 kg/ek/hr (insidential)
  4. Multivit / mineral : + 10 - 30 gr/ek/hr ( kondisional)
MANAGEMEN KANDANG

Ada beberapa jenis kandang untuk pembibitan sapi perah di Satker Pagerkukuh. Kandang Induk baik saat bunting, laktasi, induk siap kawin maupun kering masih bersatu, hanya saja dikelompokkan sesuai dengan kondisi masing-masing ternak, sehingga setiap saat dilakukan pergeseran tempat ternak dalam satu kandang. Kandang Induk berkapasita + 50 ekor sedangkan sapi dara dipisahkan dari kelompok induk dan ditempatkkan dalam kandang tersendiri dengan kapasitas + 25 ekor. Untuk pedet yang beru lahir segera dipisahkan dari induknya dan ditempatkan dalam kandang khusus pedet yang berkapasitas + 10 ekor dalam kandang bersekat individu dengan luas + 3 - 5 m2/ekor.

REPRODUKSI

Mengidentifikasi ternak yang dipelihara, sejak pedet ataupun sejak tiba di kandang apabila ternak tersebut merupakan ternak bibit hasil pengadaan/pembelian. Mengelompokkan populasi ternak sesuai tahapan perkembangan dan status reproduksi ternak (dara, dara siap kawin dan induk siap kawin, induk telah kawin, induk bunting, induk menyusui). Mengamati, memonitor, mencatat (record) secara cermat dan kontinyu setiap hari bila ada gejala birahi atau perilaku reproduksi lain yang timbul pada setiap individu ternak.
Memberi perhatian dan tindak lanjut segera dari hasil pengamatan perilaku reproduksi (IB, PKb, ATR, persiapan partus/kelahiran, dll) terhadap ternak.
Untuk ternak yang mengalami gangguan reproduksi maka dilakukan beberapa cara :
  • Exercise
  • Perbaikan nilai kondisi badan (BCS = Body Condition Score) secara proporsional.
  • Peningkatan nilai gizi pakan (vitamin/mineral)
  • Entiseptik.
  • Pemberian hormon reproduksi.
Untuk meningkatkan kualitas genetik ternak yang dihasilkan, maka di Satker Pagerkukuh diterapkan IB dengan frosen semen unggul dan aplikasi teknologi Embrio Transfer (ET). Dengan manajemen reproduksi diterapkan selama ini, sementara ini pencapaian kelahiran pedet pertahunnya dicapai + 35-40% dari populasi induk produktif. Guna mempertahankan produktifitas susu harian dan kegiatan perencanaan replacemen ternak induk, maka jadwal perkawinan diatur sedemikian rupa sehingga jumlah induk laktasi berkisar antara 60-70% dari populasi.

Dari faktor kondisi alat reproduksi, pengafkiran ternak induk dilakukan apabila ternak tersebut telah berusia + 7-8 tahun, sehingga untuk tujuan replacemen induk maka jumlah pedhet betina yang dilahirkan (+ 5 ekor per tahun) seluruhnya akan dibesarkan untuk dijadikan calon induk. Sedang pedhet jantan yang dihasilkan (diperkirakan + 6 ekor per tahun) seluruhnya akan dibesarkan sampai berumur 6-8 bulan untuk kemudian dijual sebagai ternak bibit jantan.

Pemisahan pedhet dari induknya dilakukan setelah pedhet berumur 7 hari, namun demikian pemberian air susu terhadap pedhet tetap dilakukan hingga berumur 3 bulan yaitu saat penyapihan pedhet).

Perkawinan IB untuk induk setelah melahirkan ditargetkan dilakukan saat pedhet berumur + 42 s.d 90 hari dengan toleransi IB ulang sebanyak 2 kali, sehingga diharapkan  dicapai calving interval (waktu selang kelahiran pedhet) 13 bulan.

TERNAK SEHAT

Guna mempermudah pengelolaan pemeliharaan ternak, populasi ternak dikelompokkan dan ditempatkan pada kandang yang sesuai status kesehatannya, seperti misalnya kandang kelahiran, kandang pemerahan, dan karantina.

Setiap ternak baru ditempatkan di kandang karantina selama 1-2 bulan untuk adaptasi tempat, pengamatan kesehatan, peningkatan stamina dan perbaikan performans. Dilakukan pengamatan terhadap kondisi kesehatan ternak setiap hari. Pemberian vitamin, anti cacing dan vaksin secara periodik, yaitu vitamin setiap bulan, anti cacing setiap 3 bulan, dan vaksin sesuai kebutuhan.

Guna menjaga kesehatan induk dan calon pedhet yang dilahirkan terhadap induk yang menjelang melahirkan (pra-partus) diberi pakan dengan nutrisi khusus, vitamin E dan suplai cairan calsium (terutama untuk induk berproduksi tinggi) serta exercise.

PRODUKSI & PEMASARAN

Pembibitan di Satker Pagerkukuh menghasilkan produk pokok berupa Sapi Perah bibit dan air susu sapi serta produk sampingan berupa sapi dewasa afkir, susu segar/pasteurisasi dan pupuk kandang.

Produk susu segar, susu terpasteurisasi dapat dibeli langsung di lokasi setiap hari. Berhubung produk sapi bibit atau afkir populasinya terbatas, maka masyarakat yang ingin memperolehnya harus melalui pemesanan dan penawaran lebih dulu, mengingat penjualan untuk produk ini diatur melalui panitia khusus penjualan yang ditetapkan Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Ruminansia.

JENIS DAN TATA CARA PEMELIHARAAN SAPI PERAH


MAKALAH PENGHAYATAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN
JENIS DAN TATA CARA PEMELIHARAAN SAPI PERAH
oleh
Anggina Sari Salmi
Arian Putra
Ica Antika
Tantina

Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
2009/2010

DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi …………………………………………………………………………….. i
Daftar Gambar …………………………………………………………………….. ii
Daftar Tabel …………………………………………………………………………      ii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………..     1
Latar Balakang ……………………………………………………………………………     1
Tujuan ……………………………………………………………………………………….     1
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………………………    2
PEMBAHASAN …………………………………………………………………….      3
Penampilan luar dan pertulaangan ……………………………………………………….      3
Struktur dan pertumbuhan ambing …………………………………………..                    3
Ras  ……………………………………………………………………………………..                    4
Pertumbuhan sapi perah  ………………………………………………………..                   8
Dinamika laktasi …………………………………………………………………….                   9
Pakan  ………………………………………………………………………………….                    10
Sistem perkandangan sapi perah ……………………………………………..                   11
Efek lingkungan terhadap penampilan produksi ……………………                   14
Manfaat pemeliharaan sapi perah …………………………………………….                   15
Peran dokter hewan dalam pengembangan sapi perah ……………                   16
SIMPULAN  ………………………………………………………………………………………..    17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….    17


DAFTAR GAMBAR
1. Friesian Holstein …………………………………………………………………………………..            5
2. Brown Swiss………………………………………………………………………………….  6
3. Ayrshire …..…………………………………………………………………………………..  6
4. Guerensey …………………………………………..……………………………………….  7
DAFTAR TABEL
1.   Estimat Bobot Hidup Sapi Perah pada Berbagai Usia …………………………………     9
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sapi perah adalah hewan ternak  yang  berasal dari family Bovidae seperti bison, banteng dan kerbau. Sapi perah memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan air susu, daging, tenaga untuk bekerja, biogas, dan berbagai kebutuhan lainnya.. Sapi didomestikasikan sejak 400 tahun SM, dan diperkirakan berasal dari Asia tengah yang kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh Asia. Selain jenis  sapi persilangan, ada pula jenis sapi asli seperti red shindi, australian milking zebu, brown swiss dan lainnya. Persilangan antar sapi perah dilakukan untuk mendapatkan sapi perah yang memiliki kualitas bagus. Persilangan ini dilakukan pada sapi lokal dengan sapi Friesian Holstein di Grati untuk memperoleh sapi perah yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
Salah satu hewan ternak penghasil protein yang sangat penting adalah sapi perah. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu, dan 85% kebutuhan kulit. Sapi perah merupakan penghasil air susu yang kaya akan protein yang merupakan sumber gizi yang penting untuk bayi, anak dalam masa pertumbuhan serta lanjut usia. Protein dalam air susu sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kecerdasan dan daya tahan tubuh. Selain bermanfaat bagi tubuh, sapi perah juga berperan besar dalam menunjang perekonomi dan kelestarian ekosistem. Sapi perah bisa dijadikan komoditas bisnis, selain itu bahan bakar dari fefesnya dapat menjadi solusi untuk pencemaran udara.
Dilihat dari segi ekonomi pula, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai peluang usaha yang sangat besar dikarenakan kebutuhanan permintaan masyarakat terhadap susu mulai meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah yang tidak seimbang dengan permintaan tersebut. Hal itu menyebabkan kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah cukup baik dan menjanjikan.
Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui jenis-jenis sapi perah, seperti spesies, ciri morfologi, ras, dan prilaku. Serta mengetahui aspek-aspek pemeliharaan, manfaat yang diberikan sapi perah bagi manusia, dan peran dokter hewan dalam pemeliharaan sapi perah.
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi perah di Indonesia sebagian besar adalah dari jenis Friesian Holstein dan hasil silang lokal. Sedangkan sisianya hanya sebagian kecil saja dari Friesian Sahiwal. Sapi perah yang disebut belakangan ini hanya sebagian sapi percontohan yang didatangkan pertama-tama untuk riset. Selain itu masih dikenal beberapa jenis sapi perah yang ada di dunia antara lain Jersey, Brownswiss, Jersey cross, dan juga Brownswiss cross.
Pemeliharaan jenis sapi perah Friesian Holstein memang sangat tepat ditinjau dari produksi susunya karena sapi ini memiliki produksi susu yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sapi perah seperti, Jersey dan Friesian Sahiwal (Mahaputra, 1983)
Jenis-jenis sapi perah yang ada di dunia antara lain, Red shindi, Milking shorthorn, Jersey, Fries Holland, Brown swiss, Ayrshire, dan Australian milking zebu. Taksonomi sapi perah dapat dilihat pada uraian dibawah ini:
Taksonomi sapi perah
Kingdom          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Artiodactylia
Sub Ordo        : Ruminansia
Famili              : Boviadae
Genus             : Bos
Spesies           : Bos taurus (sebagian besar sapi)
Bos indicus (sapi berpunuk)
PEMBAHASAN
A. Penampilan Luar dan Pertulangan
Secara penampilan, sapi perah yang baik adalah sapi yang memiliki ukuran  tubuh yang tidak terlalu gemuk. Tonjolan-tonjolan tulangnya terlihat, walapun demikian sapi harus masuk dalam kategori  sehat (aktif, memiliki nafsu makan yang baik, berkulitnya halus, rambut mengkilat dan memiliki mata besar serta bersinar) (Blakely and Blade, 1991).
B. Struktur dan Pertumbuhan Ambing
Pada sapi perah ambing merupakan bagian organ yang sangat penting. Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang ditutupi oleh rambut  kecuali pada bagian putingnya (Prihadi, 1997). Ambing terdiri atas bagian-bagian kecil dari jaringan sekretorik yang tersusun dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk satu lobulus. Lobulus-lobulus tersebut bergabung menjadi satu membentuk lobus. Jaringan sekretorik memiliki jaringan ikat. Apabila jumlah jaringan ikat pada ambing lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jaringan sekretorik, maka ambing tersebut adalah ambing daging. Hal sebaliknya, jika jumlah jaringan sekretorik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jaringan ikat, maka ambing tersebut disebut ambing kelenjar (Syarief et al, 1984).
Setiap sapi memiliki ukuran dan bentuk kelenjar susu yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan berproduksi, umur ternak, dan faktor genetik yang diturunkan oleh induknya, (Prihadi, 1997). Pada beberapa jenis hewan, termasuk sapi perah, kelenjar susu mengeluarkan kolostrum yang kaya akan bahan-bahan antibodi. Kolostrum tersebut akan melindungi pedet terhadap infeksi berbagai macam penyakit. Perlindungan ini berlaku selama beberapa minggu setelah lahir. Perkembangan kelenjar mamae pada sapi perah sangat baik. Ternak mamalia lain jumlah sekresi susunya berpengaruh terhadap efisiensi produksi daging (Prihadi, 1997).
C. Ras
Sapi perah dibedakan menjadi dua menurut asalnya, yaitu sapi yang berasal dari daerah tropis (Bos indicus) dan sub tropis (Bos taurus) (Blakely and Blade, 1991).
1.a Sapi Perah Asal Daerah Tropis
Red Shindi
Sapi ini berasal dari daerah India, yang berbadan kecil,  padat dan berwarna merah. Sapi ini bertubuh kokoh, kuat dan berat. Gelambir sapi Red Shindi berukuran lebar, serta memiliki kaki yang pendek, berambut lembut dan memiliki ambing yang menggantung dan putingnya besar. Berat badan sapi jantan 450-500 kg, sedangkan sapi betina 300-350 kg. produksi susu sapi ini adalah 1500 sampai 2000 liter per tahun dengan kadar lemak 5% (Sastroamidjojo, 1990).
Sapi jenis ini di subkontinen India merupakan sapi perah yang tergolong baik walaupun digunakan untuk tenaga kerja rinngan dan berat serta banyak di ekspor ke negara-negara tropis untuk memperbaiki produksi air susu sapi lokal (Reksohadiprodjo, 1984).
Sahiwal
Sapi perah Sahiwal berasal dari Pakistan, tepatnya distrik Punjab. Leher sapi ini lebih besar daripada Red Shindi, memiliki tubuh yang agak panjang dan dalam, tanduknya sangat pendek bahkan pada sapi betina hanya berupa bungkul saja. Berat badan sapi jantan dewasa 500-600 kg, sedangkan sapi betina dewasa 450 kg. produksi air susu sekitar 1300 kg per tahun denngan kadar lemaknya 4-6% (Sastroamidjojo, 1990).
Sapi perah jenis Sahiwal ini memiliki warna beraneka ragam dan kelabu kemerah-merahan. Sapi ini berbadan besar, berat, panjang dan berdaging. Kulit sapi ini hampir tidak berpigmen dan kepala sapi pejantan lebar dan masif. Sapi ini memiliki tanduk yang pendek dan pada sapi betina tanduknya tebal dan longgar pada pangkalnya. Telinganya sedang dan memiliki rambut hitam di bagian pinggirnya. Gelambir sapi ini besar, luas, dan berat. Preputium pejantan menggantung, dan ambing pada betinanya berukuran  besar (Reksohadiprodjo, 1984).
1.b. Sapi Perah Asal Daerah Sub Tropis
Friesian Holstein
Asal sapi jenis Friesian Holstein adalah Friesland, Belanda. Di Indonesia sapi ini dikenal dengan nama Fries Holland (Soetarno, 2003).
Sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki corak hitam putih memiliki produksi susu yang tinggi dan berkadar lemak rendah. Hal ini sangat cocok dengan kondisi pemasaran saat ini (Blakely and Blade, 1991).
FH merupakan bangsa sapi perah terbesar yang paling menonjol di Amerika Serikat. Jumlahnya berkisar antara 80% sampai 90 % dari seluruh sapi perah yang ada. Ciri-ciri fisik sapi FH adalah warna rambutnya belang hitam putih dengan perbatasan tegas sehingga tidak terdapat warna bayangan.  Pada dahi ini terdapat warna putih berbentuk segitiga, pada bagian dada, perut bawah, kaki dari tracak sampai lutut dan rambut ekor kipas berwarna putih, memiliki tanduk berukuran kecil, menjurus ke depan. Sapi FH bersifat tenang sehingga mudah dikuasai, namun sapi ini tidak tahan terhadap panas. Sapi Holstein betina secara umum memiliki bobot 1250 pound (567 kg) dan untuk pejantan bobot minimumnya sebesar 1800 pound (816 kg). Jika dibandingkan Friesien Holstein lebih besar dibandingkan dengan sebagian besar ternak yang lain dalam satu bangsa. Bangsa sapi perah holstein mempunyai kemampuan menghasilkan air susu lebih banyak daripada sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter per laktasi dengan kadar lemak 3,7% (Syarief, 1984).
Brown Swiss
Brown Swiss adalah jenis sapi yang dikembangkan di lereng-lereng pegunungan di negara Swiss. Sapi-sapi ini memiliki kemampuan merumput yang baik karena terbiasa merumput di kaki-kaki gunung pada musim semi sampai lereng yang paling tinggi selama musim panas (Blakely and Blade, 1991).


Gambar.2 Brown Swiss
Sapi brown swiss memiliki kisaran berat badan untuk yang betina mencapai 1200 sampai 1400 pound, sedangkan yang jantan mencapai 1600 sampai 2400 pound . Ciri fisik sapi ini berwarna coklat muda sampai coklat gelap, serta tercatat sebagai sapi yang mudah dikendalikan dengan kecenderungan bersifat acuh. Tujuan pengembangan Sapi Brown Swiss adalah untuk memenuhi kebutuhan  keju dan daging, serta susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Prihadi, 1997).
Ayrshire
Ayr adalah adalah daerah tempat dikembangkannya sapi jenis Ayrshire. Daerah ini berada di bagian barat daya Skotlandia. Kemampuan merumput  sapi ini sangat rendah karena wilayah tersebut dingin dan lembab, ditambah dengan padang rumput tidak banyak tersedia. Dengan demikian jenis ternak tersebut terseleksi secara alamiah (Blakely and Blade, 1991).
Gambar.3 Ayrshire
Secara fisik sapi Ayrshire memiliki warna yang  bervariasi dari merah dan putih, sampai warna mahagoni dan warna merahnya amat terang atau hampir hitam. Sapi Ayrshire memiliki sifat yang sangat aktif, peka dengan keadaan di sekitarnya dan cerdik. Stamina dari sapi ini cukup tinggi sehingga sapi ini kuat dan aktif dalam merumput (Soetarno, 2003). Kisaran berat badan sapi ini untuk yang betina mencapai 1250 pound dan yang jantan mencapai 2300 pound (Prihadi, 1997).
Guernsey
Bangsa sapi Guernsey dikembangkan di pulau Guernsey, salah satu dari pulau-pulau yang terletak di selat antara Perancis dan Inggris. Pulau tersebut dikenal karena padang rumputnya yang bagus, sehingga pada awal seleksinya, sifat-sifat dan kemampuan merumput bukan hal penting yang terlalu diperhatikan (Blakely and Blade, 1991).
Gambar.4  Guernsey
Warna sapi Guernsey bervariasi dari kuning terang sampai merah dengan tanda warna putih pada dahi, kaki, rambut kipas ekor, lipatan antara paha, dan perut (selangkangan = flank). Bangsa sapi Guernsey peka dan aktif, tetapi tidak mudah terganggu (Soetarno,2003). Sapi ini lebih jinak dan aktif, tidak nervous, mudah dipelihara, waktu dewasa lambat dibandingkan dengan Jersey, pertama kali melahirkan umur 26 sampai 28 bulan dan dikawinkan pertama kali umur 15 sampai 16 bulan. Produksi air susu dapat mencapai 4000 kg per laktasi dengan kadar lemak 4,86%. Berat badan untuk sapi betina dewasa 400 sampai 650 kg dan sapi jantan dewasa 850 kg (Syarief, 1984).
Secara umum sapi perah dewasa dapat dicirikan dengan kepala panjang, sempit halus, sedikit kurus, dan tidak berotot. Leher panjang dan lebarnya sedang, besar gelambirnya sedang, dan lipatan kulit leher halus. Pinggang pendek dan lebar. Gumba punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang, kaki kuat tidak pincang dan jarak antar paha lebar. Badan berbentuk segitiga tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol. Dada lebar, dan tulang rusuk panjang serta luas. Ambing besar, luas memanjang ke depan ke arah perut dan melebar sampai di antara paha. Produksi susu tinggi . Umur 3,5-4,5 tahun, sudah pernah beranak. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu yang tinggi. Tubuh sehat dan bukan pembawa penyakit (Calder, 1996).
D. Pertumbuhan sapi perah
Kebutuhan sapi perah akan zat makanan terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi. Dalam praktek, kebutuhan hidup pokok itu diterjemahkan ke dalam bahasa yang pengertiannya sederhana dan mudah diukur, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan bobot hidup. Seekor sapi yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, maka sapi tersebut tidak akan bisa memproduksi susu. Jika sapi tersebut memperoleh makanan lebih dari kebutuhan hidup pokoknya, maka kelebihan energinya akan dialihkan menjadi produk lain seperti susu, daging, dan tenaga. Kebutuhan akan zat makanan untuk menghasilkan produk-produk tersebut  disebut dengan  kebutuhan produksi (Toha, 1983). Kebutuhan sapi perah akan zat makanan erat hubungannya dengan bobot hidup, kemampuan reproduksi dan tingkat produksi.
Estimasi bobot hidup sapi perah dalam berbagai usia pada disajikan dalam tabel berikut
Tabel 1. Estimat Bobot Hidup Sapi Perah pada Berbagai Usia
Sumber: Ceramah Ilmiah: Tata Laksana Makanan dan Kesehatan Sapi Perah, PDHI Cab. Jawa Barat 1983
E. Dinamika laktasi
Jika dirawat secara baik, sapi perah betina dapat beranak pada umur sekitar 2.5 tahun. Setelah melahirkan dapat diperah selama 10 bulan. Menjelang kelahiran berikutnya dikeringkan selama 2 bulan. Selanjutnya, sapi tersebut dapat beranak tiap tahun . Sapi laktasi yang baru beranak untuk pertama atau kedua kalinya, umurnya masih muda sehingga diharapkan masih tumbuh.
Selama laktasi, sapi perah mengalami perubahan-perubahan seperti berikut:
Pertama, produksi air susunya fluktuatif. Mula-mula agak rendah, kemudian meningkat sampai mencapai titik tertinggi pada bulan laktasi kedua.  Setelah itu meluncur turun hingga mencapai titik terendah pada bulan laktasi kedelapan hingga kesepuluh.
Kedua, selera makan sapi memperlihatkan kecenderungan yang berlawanan dengan produksi air susu. Pada bulan-bulan pertama laktasi yaitu pada saat produksi air susu tinggi selera makan sapi rendah kemudian berangsur-angsur bangkit hingga mencapai puncaknya hingga bulan laktasi ke tiga. Selanjutnya karena anak yang ada dalam perut sapi banyak meminta ruang dalam rongga perutnya, selera makan sapi kembali menurun.
Ketiga, hasil penimbangan bobot menunjukkan bahwa selama laktasi bobotnya tidak tetap. Awal laktasi produksi susu tinggi sedangkan bobotnya menyusut. Kemudian berangsur-angsur naik kembali dan turun lagi.
Perubahan yang mempunyai kecenderungan seperti itu menimbulkan beberapa masalah. Pada awal laktasi sapi berada pada neraca zat makanan yang negatif. Artinya sapi tersebut lebih banyak mengeluarkan zat makanan kedalam air susu, tinja, air seni dari pada yang diperolehnya melalui pemberian makanan. Hal ini sukar sekali dicegah. Kekurangan zat makanan diambil dari tubuhnya sendiri hingga bobotnya menyusut.
Selain kuantitas air susu yang berubah, kualitas air susu yang dihasilkan juga ikut berubah. Terutama kadar lemak dan kadar proteinnya. Pada awal laktasi, yaitu 3-5 hari pertama setelah melahirkan, sapi perah menghasilkan kolostrum yang berbeda dengan air susu biasa. Kolostrum nampak berwarna kuning, konsistensinya kental dan komposisi zat makanannya serba tinggi. Kandungan zat makanan tersebut kemudian berangsur-angsur menyusut hingga puncak laktasi yaitu sekitar bulan laktasi kedua. Kandungan lemak dan proteinnya mencapai titik terendah dan berangsur naik hingga pada akhir laktasi konsentrasinya menjadi lebih kental (Yusran et al, 1994).
F. Pakan
Pakan ternak perah adalah bahan-bahan yang dapat diberikan kepada ternak perah sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan, dengan tujuan selain untuk kelangsungan hidupnya secara normal juga diharapkan dapat mengoptimalkan produksi. Tingginya produksi susu sapi perah ditentukan oleh faktor kebakan atau keturunan sebesar 25% dan 75% ditentukan oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap produksi adalah “makanan”. Karena itu program penyediaan mkananan sapi perah yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan keuntungan dari produksi yang dihasilkan. Agar diperoleh hasil seoptimal mungkin diperlukan susunan ransum yang seimbang, artinya ransum tersebut mengandung semua zat-zat maknan (nutrisi) yang diperlukan dalam imbangna yang tepat (Soetarno, 2003).
Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu sapi separ karena laju sintesis dan difusi dari berbagai komposisi susu yang berasal dari makanan yang sifatnya sementara. Sapi perah selain diberi pakan hijauan, perlu diberi pakan berupa konsentrat sebagai pelengkap zat gizi yang tidak diperoleh dari hijauan. Konsentrat (tidak terminus tambahan protein) merupakan bahan pakan yang berenergi tinggi dan berserat rendah (< 18%) serta mengandung protein  20%, konsentrat semacam itu disebut konsentrat sumber energi. Sedangkan bila mengandung protein <20% konsentrat seperti itu disebut konsentrat sumber protein. Selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka, cemara, waru, yang kandungan patinya cukup. Sedangkan dari konsentrat dapat berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Untuk minum diperlukan air. Hewan ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung dalam pakan serta air metabolic (Tillman, 1983).
Menurut penjelasan dari Tillman (1983), bahwa untuk memproduksi 1 kg susu dibutuhkan 4 sampai 5 kg air. Selanjutnya sapi perah akan mengkonsumsi air lebih banyak bila diberikan secara bebas. Pakan sapi perah harus memenuhi hidup pokok, pertumbuhan fetus dan produksi susu (bagi yangsedang laktasi). Pakan yang baik harus cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air susu. Defisiensi Ca pada ternak sapi perah menyebabkan milk fever (demam susu).
G. Sistem perkandangan sapi perah
Jenis kandang untuk sapi perah ada tiga yaitu kandang laktasi tunggal, kandang laktasi ganda dan kandang pedet. Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari cuaca buruk, hujan, panas matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian (Timan, 2003).Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja. Besar bangunan harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara dalam keadaan iklim setempat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit (Sutarno, 1994).
Macam-macam kandang sapi perah antara lain kandang pedet dan kandang sapi induk. Kandang pedet dibedakan menjadi kandang observasi (observasi pens), kandang individu (individual pans), kandang kelompok (group pens), kandang pedet berpindah (portable calf pens) (Sutarno, 1994). Kandang sapi induk atau sapi dara antara lain kandang tambat (stanchion bain), pada kandang ini kebebasan sapi bergerak sangat terbatas, sehingga kondisi sapi kurang baik. Kandang ini ada dua jenis yaitu kandang bertingkat dan kandang tunggal atau satu lantai, dengan tujuan mengurangi resiko angin topan, mengurangi resiko kebakaran, murah dan membuatnya, serta mudah perawatannya (Sutarno, 1994).
Kandang tunggal atau satu lantai dilihat dari penempatan sapi dibedakan menjadi satu baris atau lebih dari satu baris. Jenis kandang yang lain yaitu kandang lepas yang merupakan sistem kandang yang memberi kesempatan sapi bebas karena tidak ditambat. Kandang ini terdiri dari kandang lepas sistem loose housing merupakan kandang sapi perah yang sapinya tidak ditambat, bagian kandang ini terdiri dari ruang tempat istirahat, tempat peranginan dan tempat penyimpanan makanan, tempat memerah dengan mesin dan tempat sapi kering. Kandang lepas system freestall pada prinsipnya sama dengan system loose housing, yaitu sapi dipelihara dikandang dengan tidak ditambat. Pada kandang freestall tempat istirahat atau tidur sapi disekat-sekat, dan tiap sekatnya hanya cukup untuk satu ekor (Sutarno, 1994).
Beberapa faktor yang turut menentukan ukuran, tipe, dan penggunaan kandang antara lain ukuran nyata dari kelompok sapi perah dan rencana ekspansi; kemiringan, pengaliran dan penampakkan sisi bangunan; kondisi iklim; ukuran dan produktivitas usaha; tenaga kerja yang tersedia; modal yang tersedia; aturan sanitasi dan aturan perdagangan susu; aturan pembangunan dan bangunan di wilayah itu; kesukaan personel (Soetarno, 2003).
Pada kajian teknis beberapa hal perlu dipertimbangkan antara lain ternak sapi perah harus dapat berada atau meletakkan diri di suatu ruangan yang memungkinkannya melakukan berbagai gerakan dan khususnya untuk tidur: sinar yang dapat menjamin kesehatan yang baik dari ternak dan membuat ruang menjadi menyenangkan; orientasi sumbu utara-selatan menjamin panas yang baik sepanjang hari terutama di pulau Jawa; ternak perah butuh suhu optimal pada suhu 1 sampai 15oC; ventilasi udara kandang tidak boleh terlalu lembap terlebih di negara tropika basah seperti Indonesia; kecepatan angin kurang dari 0,25 m/detik untuk suhu <100C sedangkan untuk suhu >200C kecepatan anginnya >1m/detik (3.600 m/jam); kadar amoniak yang diijinkan adalah 5 ppm (5 bagian per sejuta); udara sekitar harus mengandung cukup oksigen untuk pernafasan sekitar 0,2 m3/jam tiap kg berat hidup (Soetarno, 2003).
Letak kandang diusahakan tidak terletak pada pusat kota atau pemukiman penduduk, letaknya harus lebih tinggi dari wilayah sekitarnya sehingga sekitar kandang tidak kumuh atau air dari kandang tidak mencemari dan wilayah sekitarnya tetap bersih dan kering, cukup tersedia air bersih sepanjang tahun untuk minum sapi, memandikan sapi, membersihkan kandang, peralatan penampung susu dan keperluan lainnya, tersedia tanah untuk umbaran/pelepasan sapi dan tanaman hijauan pakan sapi, kandang diusahakan agar terhindar dari angin kencang dengan menanami pepohonan di sekitar kandang atau pagar hidup yang biasanya cukup untuk menahan angin (Soetarno, 2003).
Kebersihan kandang merupakan syarat penting bagi sapi perah perlu selalu ditekankan dan benar-benar diperhatikan. Tidak boleh ada pojok, lobang-lobang atau retak pada lantai, tempat makanan dan sebagainya yang menyebabkan menyukarkan usaha kebersihan. Pojok-pojok hendaknya dibuat agak bundar, semua lobang-lobang dan kerusakan lantai harus segera diperbaiki sehingga kandang harus diusahakan tetap bersih, kering dan bebas dari sarang laba-laba. Kandang dikapur sedikitnya setahun sekali dengan warna agak tua (kelabu) agar tidak menyakitkan mata sapi (Soetarno, 2003).
Cahaya matahari diusahakan dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003). Pertukaran udara di kandang perlu dijaga agar pertukaran udara di kandang sempurna. Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat dijaga (Soetarno, 2003).
Upaya-upaya pencegahan untuk mengatasi pencemaran lingkungan antara lain sebaiknya kandang sapi perah terpisah dengan tempat pemukiman atau lebih tinggi dari sekitarnya. Semua kotoran dari kandang (feses dan sisa pakan) dikumpulkan di tempat berlubang yang diberi atap, air dari kandang sebelum masuk sungai harus terlebih dahulu melalui peresapan. Apabila memungkinkan feses sapi dan sisa pakan dapat dibuat menjadi biogas. Pembuatan biogas tersebut dapat menjadi cabang usaha yang menjanjikan (Soetarno, 2003).
Selama hidupnya sapi perah lebih banyak  berada didalam kandang. Oleh karena itu kandang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat pemerahan susu dilakukan. Kandang dan lingkungan disekitarnya harus dibersihkan setiap hari dan secara teratur. Bersihkan lantai kandang bila perlu menggunakan disinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Tempat makan dan minum harus dibersihkan setiap hari, tempat makan dan minum yang kotor merupakan sarang bibit penyakit. Untuk menghindari debu sapi diberi makanan kering satu jam sebelum pemerahan atau sesudah pemerahan (Sutarno,1999).
Kandang dan lingkungan yang bersih menghindarkan susu dari pencemaran oleh kotoran dan bau karena sifat susu mudah menghisap bau sekitarnya. Apabila akan dilakukan pemerahan lantai harus bersih, kotoran harus dibuang tidak didekat kandang dengan menggunakan sekop yang berbeda untuk makanan. Kandang yang bersih membuat sapi nyaman. Hal ini dapat meningkatkan produsinya dan memberikan kenyamanan pada peternak saat ke kandang (Sutarno,1999).
H. Efek Lingkungan terhadap Penampilan Produksi
Diantara bangsa sapi perah, sapi FH tergolong kedalam bangsa sapi yang paling tinggi daya tahan panasnya. Hasil penelitian terhadap sapi FH di kawasan tropis seperti Indonesia memperlihatkan bahwa penampilan produksinya tidak berselisih jauh dengan di daerah asalnya yang bersuhu sejuk 18.3oC dengan kelembaban sekitar 55%.
Oksidasi makanan dalam tubuh menghasilkan panas. Jika sapi pernah berada dalam lingkungan bersuhu tinggi , sapi tersebut akan mempertahankan diri dengan mengurangi konsumsi. Hal ini mengakibatkan produksi air susunya juga turun.
Walaupun sapi perah memiliki daya tahan yang rendah terhadap suhu tinggi, pada kenyataannya sapi-sapi tersebut memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi di negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sapi perah yang dikembangbiakkan di kota-kota besar untuk menunjang perekonomian (Marshall et al, 2003) .
I. Manfaat Pemeliharaan Sapi Perah
Salah satu usaha pemerintah dalam pembangunan jangka panjang di bidang pertanian adalah menciptakan kondisi usaha di sub sektor peternakan yang tangguh dan mampu mendukung industri yang kuat. Pengembangan usaha sapi perah merupakan salah satunya. Usaha peternakan sapi perah rakyat di daerah pedesaan merupakan pola usaha tradisional unggulan karena dianggap lebih pesat perkembangannya dibanding dengan usaha ternak lainnya. Hal ini disebakan oleh hasil produksi susu yang berkesinambungan sepanjang tahun dan jumlah  permintaan susu yang tinggi (Farida, 2004).
Susu Sapi
Susu merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang harganya relatif murah jika dibandingkan dengan daging. Harga susu jauh lebih murah dibandingkan dengan daging jika dilihat dari kadar proteinnya. Oleh sebab itu pemeliharaan sapi perah dapat menunjang peningkatan gizi keluarga di Indonesia. Susu yang mengandung berbagai jenis komponen gizi merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang, dan khamir. Pertumbuhan berbagai jenis mikroba tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada susu seperti rasa, bau, warna dan bentuk sehingga tidak sesuai lagi untuk dikonsumsi segar ataupun dijadikan sebagai bahan baku dalam memproduksi berbagai olahan susu (Rahman et al, 1992).
Protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu kasein dan whey. Kasein adalah protein utama susu yang jumlahnya kira-kira mencapai 80% dari total protein. Kasein dapat diendapkan oleh asam, alkohol, rennet dan logam berat. Pemanasan susu sampai mendekati titik didih akan menyebabkan terbentuknya lapisan film atau kulit yang keras dan menggumpal pada permukaan susu. Gumpalan atau padatan tersebut disebabkan oleh komponen kasein bersatu dengan butiran lemak yang dikenal sebagai tahu susu (curd). Gumpalan tersebut dapat dipisahkan dari cairan dengan disaring, dan cairan sisa tersebut dikenal sebagai whey (Buckle et al.,1987).
Kualitas air susu dapat dipengaruhi oleh kadar mineralnya. Konsentrasi mineral yang rendah dapat menurunkan bobot jenis air susu. Bobot jenis air susu merupakan salah satu kriteria kualitas air susu yang sangat diperhatikan. Saat ini air susu yang dihasikan peternakan sapi perah rakyat sering mempunyai bobot jenis yang lebih rendah dari bobot jenis standar terendah, bobot jenis standar terendah adalah 1.027 pada suhu 27,5°C. Air susu dengan berat jenis rendah, jika dijual kepada industri pengolah susu maka harganya akan rendah atau bahkan tidak diterima (Hardjosworo et al, 1987).
Air susu mengandung beberapa macam mineral. Mineral yang terdapat dalam air susu berasal dari makanan yang dikonsumsi, namun komposisinya tidak sama seperti dalam makanan. Mineral yang terdapat dalam air susu adalah Ca, B, Ma, K, Mg, Mn, I, Fe, S, dan mineral esensial lainnya (Foley et al,. 1972).
Pembuatan Biogas
Kotoran sapi memiliki kandungan methan yang tinggi. Selain itu, kandungan karbondioksida (CO2) juga cukup banyak. Dengan dua unsur itu, pemanfaatan kotoran sapi untuk biogas bisa terjadi. Penelitian menunjukkan biogas dapat terbentuk dengan 68 persen kandungan gas methan dan 30 persen CO2 di kotoran sapi. Dua persen lagi zat lain yang bisa digunakan untuk membantu proses pembuatan biogas. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menuangkan kotoran sapi yang banyaknya mencapai 22 kg ke dalam tabung yang dibentuk dari 3 buah drum bekas. Setelah itu, kotoran itu dieram dalam tabung selama 21 hari. Kalau sudah lewat dari waktu tersebut, akan terlihat hasil olahan otomatis dari tabung untuk dijadikan biogas.
Gas yang dihasilkan kemudian dipakai untuk memasak. Dari 22 kg kotoran sapi yang diolah, gas yang dihasilkan akan cukup untuk memasak selama satu jam. Kotoran sapi yang akan diolah tak boleh terkena air sabun dan sinar matahari secara langsung. Air sabun dan sinar matahari akan menghambat pengolahan biogas. Karena itu walaupun tidak ada seleksi khusus untuk kotoran sapi yang akan diolah, namun  kotoran sapi harus dijaga agar tidak terkena air sabun dan sinar matahari (Aak, 2007).
J. Peran Dokter Hewan dalam Pengembangan Sapi Perah
(Toha, 1983) Dokter hewan memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas bahkan kuantitas sapi perah. Peranan utamanya adalah membantu para peternak dalam menghadapi manajemen usaha sapi perahnya, meliputi:
1.    Pelaksanaan inseminasi buatan
2.    Melaksankan pemeriksaan kebuntingan
3.    Pemeriksaan kesehatan hewan dan bila perlu pelaksanaan vaksinasi
4.    Membantu kelahiran dan perawatan induk pasca melahirkan
5.    Penyuluhan dalam manajemen ternak
SIMPULAN
Sapi perah di dunia saat ini memiliki banyak jenis diantaranya : Ayrshire,Guernsey, Jersey, Brown swiss, Milk Shorhorn, Sapi Grati, Fries Holland. Pengklasifikasian tersebut didasarkan oleh tempat sapi berasal. Di Indonesia terdapat dua jenis sapi perah yang mayoritas dikembangkan yaitu Fresian holstein dan Jersey. Hal ini  berkaitan dengan kemampuan beradaptasi yang lebih baik dari kedua sapi tersebut dibandingkan dengan sapi perah yang lain.
.         Pemanfaatan sapi perah yang utama yaitu diambil susunya sebagai sumber protein, mineral, dan vitamin. Selain itu, kotorannya dapat digunakan untuk biogas sebagai bahan energi alternatif. Produktivitas susu sapi akan meningkat jika didukung oleh kelayakan nutrisi pakan, tempat hidup, iklim, dan lain sebagainya. Semakin tinggi konsumsi pakan dan energy yang dihasilkan  maka produktivitas sapi akan  semakin meningkat. Limbah feses sapi dapat dimanfaatkan untuk biogas yang dapat dijadikan sebagai sumber energy alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Aak, 2007. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Buckle,K.A.,1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Calder, W. A. 1996. Size, Function and Life History. Dover Publ. Inc, Mineola, N.Y.
Dr. Toha, 1983. Ceramah Ilmiah. Pengelolaan Tata Laksana Makanan dan Kesehatan Sapi  Perah. Pehimpunan Dokter Hewan Indonesia cab. Jawa Barat II.
Farida. 2004. Efisiensi penggunaan nutrisi pakan pada usaha ternak sapi perah [Skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor.
Foley, Richard CPhd. Cs. 1973. Dairy Cattle. Lea & Febiger, Philadelphia
Hardjosworo, Peni S, & Joel M. Levie, 1987. Pengembangan Peternakan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Mahaputra, L. 1983. Postpartum Ovarian Function in Dairy Cattle [Thesis]. Msc, UPM.
Marshall Denis, Teddy. 2003. Studi Kasus di Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Swadaya Pondok Rangon Jakarta Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Prihadi. S. 1997. Tata Laksana Dan produksi ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas        Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rahman dan Ansori, 1992. Teknoogi Fermentasi. Pusat Antar Universitas pangan dan Gizi. IPB, Area, Jakarta
Reksohadiprodjo, S.1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE, Yogyakarta.
Sasroamidjojo, M. Samad.1990.Ternak Potong dan Kerja.CV Yasaguna, Jakarta
Sutarno, T. 1994. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM, Jogjakarta.
Syarief, M.Z dan R.M. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah, edisi ke- 1. CV. Yasaguna, Jakarta.
Tillman, A.D., H.Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Labdosoekadjo. 1999. Ilmu Makanan Ternak Dasar, Gadjah Mada, Yogyakarta.
Timan, Soetarno. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Yusran, M. Ali, Mariyono, Komarudin.1994. Penelitian sapi perah. Proc. Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah, Pasuruan 26 Maret.

PENYAKIT PADA TERNAK SAPI PERAH

Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya.

Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimum.
Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang sapi perah namun demikian yang terpenting adalah mastitis, anthrax, PMK (penyakit mukut dan kuku), BSE atau mad cow dan lainnya. Disamping itu penyakit yang mungkin sehari-hari dapat dihadapi peternak seperti busuk kuku (foot rot), kembung perut dan lain-lainnya.

1. Mastitis atau Radang Ambing

Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi.

Mastitis dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab mastitis dan faktor lingkungan. Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis, Stafilokokus aureus dan Koliform. Faktor lingkungan, terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta peternak itu sendiri dan alat yang ada.

Tanda-tanda klinis penyakit
Mastitis terutama yang klinis dapat dilhat dengan adanya perubahan bentuk anatomi ambing dan fisik air susu yang keluar. Sedangkan mastitis subklinis dapat didiagnosis melalui uji kimiawi atau uji mikrobiologis. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab tidak langsung atau mendorong meningkatnya mastitis antara lain anatomi (besar dan bentuk ambing, puting), umur ternak, jumlah produksi susu, dan lainnya. Faktor ternak terutama dipengaruhi oleh stadium laktasi, sistem kekebalan, kepekaan individu, anatomi dan umur serta penanganan pasca pemerahan.

Gejala klinis mastitis nampak adanya perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Pada air susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi.

Pada mastitis subklinis, perubahan secara klinis pada ambung maupun air susu tidak nampak namun dengan pengujian secara mikrobiologi dan kimiawi akan nampak adanya perubahan. Penurunan produksi yang tidak wajar merupakan gejala yang dapat diperhatikan peternak untuk mendeteksi mastitis subklinis.

Perbedaan Air Susu Sapi Mastitis dan Normal

Air susu pada sapi normal
A. Fisik
  • Warna Putih kekuningan
  • Rasa agak manis
  • Bau harum asam
  • Konsistensi cair, emulsi merata

B. Kimiawi
  • Kasein normal
  • Protein total normal
  • Albumin normal
  • Globulin normal
  • Gula susu normal
  • Laktosa normal
  • Tekanan osmose isotonis
  • PH air susu normal
  • Jumlah SCC (sel/ml air susu) 0 – 200,000
  • PMN (%) 0 - 25

C. Mikroorganisme
  • Jumlah bakteri total dan sel radang yang dianggap aman < 500.000

Air susu pada sapi penderita mastitis
A. Fisik
  • Warna putih pucat agak kebiruan
  • Rasa getir atau agak asin
  • Bau asam
  • Konsistensi pecah, lebih cair, kadang ada jonjot, endapan fibrin dan bila dipanasi pecah.

B. Kimiawi
  • Kasein menurun
  • Protein total menurun
  • Albumin meningkat
  • Globulin meningkat
  • Gula susu menurun
  • Laktosa menurun
  • Tekanan osmose hipotonis
  • PH air susu alkalis
  • Jumlah SCC (sel/ml air susu) di atas 400.000
  • PMN (%) di atas 25

Diagnosa


Diagnosa mastitis dapat dilakukan dengan melihat perubahan patologi anatomi terutama pada ambing dan menguji perubahan fisik dan kimiawi serta mikrobiologis air susu. Uji yang biasa dilakukan misalnya dengan Uji CMT dan lainnya Gejala klinis lainnya seperti demam, penurunan nafsu makan juga sering menyertai penderita mastitis.

Tindakan Penanganan

Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada usaha pencegahan. Dengan memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan sanitasi secara teratur dan benar baik  terutama terhadap kandang dan peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak kita.

Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang digunakan, aplikasinya,. Antibiotika ada yang bersifat long acting maupun jangka pendek, begitu juga cara  pemberiannya. Beberapa antibiotika yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin, kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin.

2. Antraks atau Radang Limpa
Penyakit antraks (Anthrax) atau radang limpa, merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia. Kasus muncul terutama pada musim pancaroba.  Antraks menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi), burung unta dan hewan menyusui lainnya.

Penyebab penyakit antraks adalah bakteri bacillus anthracis. Sumber infeksi utama adalah ternak terinfeksi, air dan tanah. Bahan-bahan lainnya misalnya bahan pakan juga diketahui menjadi sumber infeksi setelah bahan tersebut tercemari baik oleh spora maupun kumannya. Bentuk spora tahan terhadap pemanasan pada suhu tinggi, pemanasan secara kering dengan suhu 150°C dapat membunuh spora antraks dalam waktu 1 jam, sedangkan pemanasan basah dengan autoclaf pada suhu 120°C akan memusnahkan spora dalam waktu 15 menit. Bentuk vegetatif akan mati dengan pemanasan 55 – 60°C.

Masa inkubasi penyakit antraks biasanya berkisar antara 1 - 3 hari dan kadang dapat lebih dari 2 minggu. Sedang tanda-tanda umum pada tipe akut dan kronis adalah demam, sesak nafas, depresi dan lemah serta kadang disertai kejang. Tanda-tanda ternak terserang antraks biasanya berbeda antar spesies.

Ada beberapa tipe antraks yaitu:
  • Tipe kutaneus (kulit), yang biasanya menyebar melalui kulit yang luka. Penyebaran penyakit biasanya melalui kontak langsung dengan bahan terkontaminasi. Spora dari tanah atau karkas yang terkontaminasi kuman menjadi penyebab kasus tersebut,
  • Tipe inhalasi, antraks tipe ini seringkali disebabkan ternak atau orang yang menghirup debu yang tercemari spora, sehingga masuk melalui saluran pernafasan, penyakit menimbulkan demam yang tinggi, batuk kering, cyanosis, shock dan rasa sakit yang luar biasa dan akhirnya menimbulkan kematian.
  • Tipe gastrointestinal. Tipe gastrointestinal dapat terjadi jika ternak mengkonsumsi bahan yang terkontaminasi kuman basil antraks.

Pengendalian penyakit

Ternak terserang antrak jika ditangani dengan cepat akan tertolong dengan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, streptomisin dan antibiotika lainnya. Program yang paling baik untuk mencegah antraks adalah vaksinasi secara teratur pada daerah-daerah endemi antraks. Program vaksinasi dilakukan satu kali dalam setahun dengan menggunakan vaksin spora antraks (hidup) galur 34 F2 (sterne strain). Dosis yang dianjurkan, untuk sapi dan kerbau adalah 1 ml/ekor sedangkan untuk kambing dan domba adalah 0.5 ml/ekor.

Penyakit pada Ternak Sapi Potong
Penyakit pada sapi potong relatif tidak sekomplek penyakit pada sapi perah. Namun demikian banyak juga penyakit yang selain menyerang sapi perah juga menyerang sapi potong TBC, Anthrax, PMK (penyakit mukut dan Kuku), BSE atau Mad Cow dan lainnya. Disamping itu penyakit yang mungkin sehari-hari dapat dihadapi peternak seperti diare, cacingan, kembung perut dan lain-lainnya.

1. Diare (mencret)
Penyakit ini sering terjadi terutama pada musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan lain-lainnya.
PENYAKIT PADA TERNAK SAPI PERAH
                                        PENYAKIT PADA TERNAK SAPI PERAH

 Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat tradisional. Jika mencret terus menerus upayakan setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai pengganti cairan tubuh.

2. Pneumonia (Radang Paru)

Penyakit radang paru ini terutama disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Namun demikian iklim (misalnya cuaca yang terlalu dingin) dan lingkungan (misalnya banyak debu atau partikel makanan khususnya konsentrat yang masuk ke saluran pernafasan dan lain-lainya) seringkali menjadi pendorong utama timbulnya pneumonia. Faktor kandang misalnya ventilasi, kandang terlalu lembab, angin yang masuk terlalu kencang, kelembaban yang terlalu tinggi, kurang sinar matahari, stress atau penanganan ternak yang kurang baik sering menjadi penyebab keradangan.

Gejala yang terlihat antara lain hidung ingusan terus menerus, cekung hidung kering, demam, batuk-batuk, frekuensi pernafasan cepat dan dangkal, kadang nampak kesulitan bernafas, nafsu makan ternak berkurang dan pertambahan bobot badan rendah.

Pencegahan penyakit antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya perhatikan ventilasinya, sinar matahari upayakan masuk sampai ke kandang (lantai), jaga angin supaya tidak langsung mengenai ternak, memperhatikan cuaca atau iklim, jaga sanitasi kandang dan lingkungan, jaga kontak dengan orang yang sedang sakit radang baik paru maupun pilek biasa dll. Jika memungkinkan pengobatan dengan antibiotika seperti Penstrep, oksitetrasiklin sesuai dengan petunjuk petugas.

3. Keropos Kuku atau Busuk Kuku

Penyakit ini walaupun tidak mematikan namun namun mengganggu produksi. Penyebab penyakit antara lain bakteri atau kuman. Tanda-tandanya antara lain kepincangan, kuku koyak dan berbau busuk.

Tanah yang becek merupakan media perkembangan kuman penyebab penyakit busuk kuku dan menular dari ternak satu ke ternak lainnya. Penanganannya adalah kuku digunting sampai pada bagian jaringan yang sehat. Semprot dan bersihkan dengan antiseptik misalnya dengan antisep, obat merah, iodium, dll kemudian ditutup. Pemotongan kuku secara teratur sangat membantu pencegahan penyakit. Hindarkan tempat yang memungkinkan adanya penyebaran penyakit